Tuesday, April 21, 2009

LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL

A. Pengertian

- Batu ginjal adalah yang terbentuk karena pengendapan garam urat oksalat atau kalsium di tubulus ginjal kemudian berada di Kaliks infun di bulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisipelvis serta kaliks ginjal. (Basuki. B.Purnomo 2000 dan Oswari E 1993)

- Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, paling oksalat Ca2+ dan Fosfat Ca2+ namun asam urat dan kristal lain yang pembentuk batu (Marilynn E. Doenges, 1999)

B. Patofisiologi

Secara teoritis dapat terbentuk di seluruh sal. Kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada penvikalises (stenosis ureto-pelvis), divertikel, obstruksi inflavesika kronis seperti pada hiper plasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pemb. Batu.

Batu ginjal terbentuk pada tubuh ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi seluruh kaliks ginjal. Batu terbentuk ketika konsentrasi subtansi ttt seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan as.urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat definisi subtansi ttt, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari 2 kaliks ginjal memberikan kristalisasi dalam urine. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari 2 kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghrn. Kelainan atau obtruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundi bulum dan stenosis uretero pelvic) mempermudah timbulnya batu sal kemih.


C. Etiologi

a. Herrditair (keturunan) : peny ini diduga diturunkan dari ortunya.

b. Umur : Penyakit ini sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

c. Jenis kelamin : Jumlah pasien laki-laki 3 x lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.

d. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilisasi

e. Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vilgaris)

f. Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin

g. Faktor geografis

D. Tanda dan Gejala

1. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak di daerah panggul dan hematurta.

2. Batu yang menimbulkan onstruksi menyebabkan rasa sakit/hebat di daerah panggul.

3. Kolik yang sangat menyakitkan yang menjalar sepanjang perjalanan ureter ke sekrotum atau bagian medial paha.

4. Hematuria makroskopis idak jarang

5. Terdapat nyeri tekan di daerah panggul dan tanda-tanda ileus

6. Nyeri di pinggang, skrotum atau penis, sesuai dengan lokasi batu

E. Komplikasi

1. Sumbatan : akibat pecahan batu

2. Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal bakteri akibat obstruksi

3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbangan yang lama sebelum pegobatan dan pengangkatan batu ginjal.

F. Pemeriksaan Diagnostik :

a. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal (Sistim, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus, PH, mungkin asam (meningkatkan sistim dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium fosfat.

b. Urine (24 jam) : Kreatinin, asam urat, kalsium, asam urat, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat.

c. Kultur Urine : Mungkin menunjukkan ISK (Stapillacocus aureos, proteus, klebsiela, pseudomonas).

d. Survei Biokimia : Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dektrolit.

e. BUN/Kreatinin serum dan urine : Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

f. Morida dari birokarbonat serum : peninggian kadar korida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubuh ginjal.

g. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkatkan menunjukkan infeksi/septicemia.

h. SDM : Biasanya normal

i. Hb/Hb : Abnormal bila px dehifrasi berat/polisitemia terjadi (mendorong presipilasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi/gagal ginjal)

j. Hormon parahiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reansorpsi Kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine)

k. Foto Ronsen KUB : menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter.

l. IUP : memberikan konfirmasi cepat urolitasis seperti penyebab nyeri abdormal atau panggul, menunjukkan abnalitas pada struktur anatomic (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.

m. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu dan /atau efek obstruksi.

n. Scan CT : Mengidentifikasi/menggambaran kalkuli dan massa lain ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.

o. Ultrasound ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.


G. Pengobatan

a. Konsepvativ

Batu ginjal yang tanpa gejala, tidak berhubungan dengan reinfeksi, dan tidak menyebabkan obstruksi, tidak memerlukan terapi.

b. Instrumental atau pembedahan

Batu ginjal yang menyumbat atau menyebabkan infeksi yang berulang-ulang diangkat dengan pembelahan (mungkin perlu dilakukan pretomi, nefrotomi, atau bahkan nefrektomi.

c. Terapi Medik amentora ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari SMM, karena diharapkan batu dapat keluar spaontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum dan minum banyak air.

1 comment:

Be professionaL Nurse said...

thanx bgd ini infonyaaa..
tpi maaf bsa mnta tulisin referensinya ga?
thanx b4